Light Novel Angel Beats Bahasa Indonesia Chapter 4
"Cold Summer"
Penerjemah : Adoy
Editor : Adoy
Lapangan tenis telah kosong ketika kami bertemu di sore hari.
"Mari kita bunuh Tenshi, " kata pria besenjata.
"Adakan pembalasan!"
"Apa katamu?!"
Ooyama tersentak disaat pria itu memberikan rasa dingin, pandangan tajamnya.
"Aku yakin musuh tidak dapat mati. Bukankah kedua belah pihak paham mengenai hal ini?"
"Jika cedera yang diderita sungguh fatal, dia akan lumpuh untuk sesaat. itulah mengapa dia harus terkunci oleh ku sebelum dia menikam ku, Aku tidak akan mampu lolos meskipun dia telah dilumpuhkan."
"Wow, kau sebenarnya cukup pintar."
"Apakah aku terlihat seperti orang idiot menurut mu ?"
Pria bersenjata menghadapi Yurippe.
"Yang ku maksud adalah kau tampaknya cukup dapat diandalkan."
"Tampaknya kau belum menyadari gawatnya situasi."
Pria itu mendekat, dan langsung menodongkan pistolnya di wajah Yurippe.
"Jangan khawatir. Aku mengerti. Aku akan melaksanakan perintah anda."
Yurippe berdiri disana, tanpa sedikitpun rasa takut dimatanya.
"Kau rupanya punya nyali juga."
Pria itu menurunkan pistolnya.
"Apa yang akan kita lakukan setelah melumpuhkan dia?"
"Kita akan menguburnya hidup-hidup."
"Dia luar biasa kuat. Sangat cocok bagi seorang malaikat."
"Kita hanya harus menggali lubang yang cukup dalam, kemudian dengan beban yang lebih berat mungkin ditempatkan diatasnya-agar tetap menjaga yang dibawahnya. Lebih baik kita membangun rumah diatasnya dan tinggal disana, seperti itu, jika ada sesuatu yang salah, kita akan segera mengetahuinya."
"Bagaimana aku bisa tertidur dengan nyenyak jika mengetahui bahwa ada seseorang yang masih hidup di bawah kaki ku?" Ooyama memprotes dengan lemah.
"Baiklah, maka aku tidak akan membiarkan mu tertidur!"
"Bagaimana kau bisa melakukan hal seperti itu?! Aku bisa mati karena kelelahan!"
Haloo? Berita baru: Kau telah mati.....
Whoops. Sepertinya aku telah memiliki hobi mengganggu orang sekarang. Semua berkat orang-orang yang melakukan hal yang sama kepada ku.
"Berhentilah mengoceh dan mulai menggali! Sepuluh meter setidaknya. Aku tidak akan membiarkan kalian tidur sampai kalian selesaikan pekerjaan!"
"Se...Sepuluh meter, itu terlalu banyak..."
Aku tidak setuju.
"Jangan khawatir berapa lama waktu yang terbuang."
Benar, tentu saja.... waktunya tidak terbatas.
"Jadi aku harus ikut melakukan hal ini juga?" Yurippe menunjuk dirinya sendiri.
"Apakah, kamu ingin aku memperlakukan mu sebagai seorang wanita? Sayang sekali. Kau bukan tipe ku."
"Oh, sangat disayangkan! Mari kita pergi lalu Ayo semuanya! Mari kita selesaikan dalam satu hari!"
"Baa... Bagaimana mungkin...."
Dengan ujung pistol yang diarahkan ke punggung kami, Yurippe terlihat setengah-pasrah saat ia memimpinnya.
~ ~ ~
Suara sekop menginvansi lumpur yang berada di bawah kaki kami terus berlanjut selama satu jam, seperti kita menggali lebih dalam dan lebih dalam. Tanah ini lebih sulit daripada yang aku bayangkan, mungkin karena siswa-siswa sering menginjaknya, kita sudah hampir menggali beberapa meter.
"Hey Ooyama, Apa yang kau lakukan?" Aku berbalik dan bertanya.
"Gah...AKu tidak dapat melakukannya, AKu bahkan tidak bisa mengangkat sehelai bulu sekarang!" Jawab Ooyama, ketika ia beristirahat dengan sekop yang berfungsi sebagai tongkat sementara.
"Hahaha! Aku yang tercepat!"
Yurippe menggali dengan penuh semangat
"..Sakti..."
"Aku tidak percaya aku kalah dengan seorang gadis. Apakah aku yang lemah--hey, tunggu sebentar!"
"Apa?"
Yurippe berdiri dan menatapku bertanya.
"Mengapa kita menggali sebuah lubang masing-masing?"
"Tapi aku tidak mengatakan kita harus menggali 10 meter setiap lubang! Tidak ada gunanya memiliki dua lubang lain!"
"Oh, kau baru menyadari?"
"Jika kau sudah membuatnya, mengapa kau tidak memberitahu kami?"
"Sepertinya kau seorang yang idiot juga.."
"Tidak pernah terpikirkan dalam benakku," Sahut Yurippe.
"Siapakah yang bersalah menurut mu tentang ini, huh? Semuanya terlihat begitu suram dan kesal, sebagai pemimpin aku hanya mencoba membangkitkan semangat semuanya, Kau tidak lihat?"
"Yaa, aku akhirnya mengerti mengapa setelah kau jelaskan."
"Baiklah, datang ke sini. Mari kita mulai bekerja pada yang satu ini."
Yurippe menunjuk ke arah kakinya dengan sekop.
Aku tidak punya pilihan selain meletakkan dengan itu.
"Mari kita kerjakan, Ooyama!"
"TUnggu,jadi aku baru saja membuang tenaga ku? Sama Seperti itu?"
"Sama seperti itu!"
"Itu bukanlah untuk kalian bicarakan"
"Tapi itu salahmu! Kau menuai apa yang kau tabur!"
"Bagaimana hal ini bisa terjadi?"
Dengan enggan, Ooyama dan aku memaksa pergi tubuh kita menuju Yurippe.
Seluruh yang dia gali pasti lebih dalam, namun diameter nya hanya seukuran bola basket.
"Ini terlalu kecil.... Aku pikir kita seharusnya terus bekerja menambang untuk meningkatkan efesiensi."
"Maaf?"
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apakah kau mengatakan kita harus terus bekerja kepada mu bahkan jika hal itu memakan waktu selamanya?"
"Tentu saja!"
"Namun, kita harus membuat lubang yang lebih besar dulu," Ooyama berkata.
"Jangan khawatir tentang lebar, Selama itu cukup untuk memasukkan Ketua Dewan Siswa kedalam, itu seharusnya bisa."
"Apakah ini semacam terobosan untuk mengubur orang hidup? Apapun itu , cara ini seharusnya cocok dengan tiga dari kita jika kita ingin menggali 10 meter dalamnya?"
"Tentu saja aku tahu itu! Aku hanya ingin menguji seberapa banyak energi yang telah kalian buang.Oke, mari kita lanjutkan dengan proyek Pembesaran Lubang! Satu, dua, tiga, mulai!"
Bonk!!!
Kepala kami bertabrakan.
"Aduh! Berhenti menghalangi arah ku!"
"Ini salahmu. Sudah jelas ini akan menjadi masalah jika tiga sekop digunakan menggali sebuah lubang pada saat yang sama."
"Baiklah, aku akan menonton saat untuk saat ini, kalian pergi ke depan dan menggali!"
"Dan siapa penanggung jawab hal ini pada awalnya?"
"Apapun, lakukan Hinata-kun!"
"Sial,,,"
Saat aku mengeluh, tiba-tiba tersadar bahwa pria itu masih di dekatnya.
Aku terkejut pria tersebut tidak mengatakan sepatah kata pun terhadap apa yang kami lakukan karena masing-masing menggali dengan ceroboh.
Dia berkeliling tebing, sambil mengagumi matahari yang terbenam. Aku tidak dapat melihat wajahnya karena sinar matahari yang terlalu silau.
Bahkan dari jarak sejauh ini, satu hal yang pasti: pistol, berkilau terkena sinar matahari, masih tergenggam erat di tangannya.
Tidak lama sebelum posisi matahari sempurna, Ooyama sudah berlutut, mengeluh: "Aku kehabisan energi...Aku sangat lapar!"
Lubang telah sedalam tinggi badan ku.
"Paling tidak, kita seharusnya diizinkan untuk makan, ya kan?"
"Shhhh...."
Yurippe berdiri di bagian atas, Dia menaruhkan jari telunjuknya di bibir, memberikan sinya untuk diam.
Hei tunggu, Sejak kapan Ooyama dan aku menjadi budakmu ? Kemari dan bantu kami juga! Sial!.
Sedikit catatan yang tidak berhubungan, karena angin bertiup ke arah ku dari sampingnya, aku dapat sedikit melihat bahwa ia mengenakan celana dalam berwarna putih di balik roknya. itu merupakan sesuatu yang tidak perlu disebutkan juga, jadi aku hanya diam.
"Ada apa?" Bisikku.
"Dia tertidur."
"Oh...Baguss sekali."
Aku meletakkan sekop dan memanjat keluar dari lubang.
"Aku akan pergi mencuri senjatanya."
"Ide yang bagus."
"Bagaimana dengan aku?" Sahut Ooyama.
"Tetaplah disini."
Ketika kami meninggalkan Ooyama dibelakang, Yurippe dan aku berhati-hati naik ke atas bukit. Mungkin cuma aku, ketika menginjak rumput membuat suara yang mencolok.
Dalam keheningan, pria yang sedang tertidur nyenyak, bersandar pada pohon. itu terlihat bahwa dirinya sungguh kelelahan.
Cengkraman pada pistolnya juga telah longgar. Jadi mudah, nyatanya, Yurippe hanya perlu sedikit menyikut untuk mendapatkan pistol itu.
Yurippe memutar pistol dan memukul kepala pria tersebut dengan gagangnya.
"Hei, bangun. Kami telah mengubah situasinya."
Pria itu sedikit membuka matanya, tampaknya masih sedikit pusing.
"...Sungguh mimpi yang indah.."
"Benarkah? Celakalah kau selanjutnya, Aku akan menendangmu ke neraka."
"...Dapatkah aku bertemu dengannya disana dalam mimpinya.."
Apakah kabel di otaknya telah kusut ketika ia sedang tertidur?
"Apa yang kau bicarakan? mimpi diciptakan oleh orang-orang, dengan tangan kosong mereka!"
"Benar...perkataan yang bagus.."
"Aku pemimpin disini. Mulai sekarang kau harus mendengarkan apa yang ku katakan dan mematuhi perintah ku."
"Apakah itu ancaman? Kita tidak dapat mati disini."
"Kalau begitu aku akan memberitahumu bagaimana rasanya kematian. Kau sudah pernah mencobanya sekali sebelumnya, bukan?Apakah kau ingin mencobanya lagi?"
"Nah, silahkan saja. Biarkan aku mengajarimu sebuah pelajaran jadi kau tidak akan mencobanya lagi."
Aku bertanya-tanya mengapa pria ini memiliki perasaan yang mengerikan dari ketenangannya, tepat sebelum aku menyadari apa yang sedang terjadi.
Dia mengarahkan kepada Yurippe senjata lainnya.
Dia mempunyai pistol di tangannya sekali lagi, seolah-olah ia mengkloning itu entah dari mana.
Dia akan menembaknya!
Aku berlari cepat menuju Yurippe, berdoa semoga aku cukup cepat...
BAM!--
Suara benda tumpul. Peluru tersebut telah keluar.
dan mengenai ku.
BAM!--
Suara tembakan lain datang dari sisi ku.
"Hinata!Cepat!Mundur!"
AKu merasa tangan ku di tarik, tapi rasa sakit di bahu sangat menyiksa.
Rasa sakitnya membuat tubuh ku gemetar, tapi insting membuatku berdiri, dan segera setelah itu, berlari.
"Ooyama! MUndur!"
"Waaaaaa! TUnggu aku!"
Kami berlari menuju hutan. Setelah kita berada di bawah pohon yang besar dimana sinar bulan tidak bisa mencapainya, Kami bertiga menarik napas lega.
"Jangan khawatir, itu hanya goresan luka ringan."
Yurippe mengatakannya saat ia melihat luka di bahu ku.
Menepoknya!
"OUUCHHHHHHHHHHHHH!"
Menepok di bahu ku sungguh tidak diperlukan.
"Apa yang sebenarnya terjadi..." Ooyama bertanya dengan prihatin.
AKu juga ingin mengerti situasinya, jadi aku diam menunggu Yurippe berbicara.
"Aku punya pistol..."
DI dalam kegelapan, kita hampir tidak bisa melihat pistol yang sebelumnya digunakan pria itu.
"Tapi bajingan itu mempunyai satu lagi yang tersembunyi. Dia kemudian menembakku, namun Hinata berlari di depan ku..."
"Yaa, aku yang terkena tembakan."
"Lalu kemudian..?"
"Aku membalas menembaknya, dan kemudian..."
Dia melihat objek asing yang dipegangnya dengan ekspresi tegang dan gugup. Ini adalah pertama kalinya dia menembak dengan pistol, tanpa mengatakan menembak seseorang.
"AKu harus menarik pelatuknya, jika tidak dia akan menghujani ku lebih banyak tembakan..."
Yurippe menjelaskan lebih banyak keadaan dirinya kepada kami berdua. Tidak seorangpun mempertanyakan tembakannya, dan tidak ada yang menyalahkan dia tentang hal itu.
"Di bagian mana kau menembaknya?"
"Pinggangnya."
"Kalau begitu, dia lumpuh saat ini. Keliatannya, Hal itu memberikan kita beberapa waktu, dan aku kira itu dapat membenarkan tembakanku."
"Yeah..."
"Tapi mengapa harus sampai seperti ini? Kita semua manusia namun kita mencoba membunuh satu sama lain..."
"Mungkin karna sesuatu seperti ini ada..." Aku menjelaskan, sambil memandangi pistol.
"Luar biasa. Sekarang kita memiliki dua senjata lagi. Bagaimana ini bisa terjadi awalnya ? Aku tidak mengerti..."
"Mungkin dia dari Yakuza!"
"Dan dimana kau bisa menemukan Yakuza disini.huh?"
"Apapun yang terjadi, Sekarang dia merupakan masalah yang lebih besar daripada Tenshi. Apa yang harus kita lakukan, Yurippe?"
"......"
Jika ini hal yang biasa, dia pasti akan membalas tembakan dengan -Apa yang Harus -Kamu Pikirkan-Untuk-Membalasnya. Tapi ia hanya menatap ke bawah, seolah-olah dia tidak mendengar ku.
"Jika pria itu tertembak, maka seharusnya dia tidak dapat bergerak sementara waktu. Pergilah interogasi dia mengenai senjata api?" Aku menyarankan.
"Dan apakah dapat memecahkan masalah?"
"Kita akan tahu darimana senjata berasal."
"Hinata, semua ini salahmu."
"Apaa?"
"Sekarang, masalahnya bukanlah ancaman bahwa senjata api muncul, atau bahkan keberadaannya."
"Lalu apa?"
"Apa yang harus kita lakukan mengenai bagaimana caranya menjadikan dia sebagai sekutu kita dengan skenario terburuk ini."
Aku sangat terkejut.
Kita berbicara mengenai seseorang yang akan menembak tanpa ragu-ragu. Apa yang sebenarnya dia pikirkan?"
"Itu sedikit sulit, bukan?"
Selamat Ooyama, Perkataan mu barusan sangat berlebihan. TENTU SAJA SULIT. Kau mungkin dapat menyebutnya hampir mustahil. Namun, ini memang sebuah tantangan. Strategi ini akan sulit berhasil.
"Oke...Aku akan menantangnya berduel klasik. satu lawan satu."
"...HAH?!" Suara Ooyama dan aku, yang sangat terkejut.
"Apakah kamu ini pria?"
Gedebuk! Dia menendang ku.
"Siapa yang kau sebut sebagai pria, hah?" Kata yang terdengar di kuping ku sebelum ia menggenggam kerah dan menatap lurus ke arah ku face by face.
"Ketika kau melihat ke atas dari lubang pagi tadi. Apakah diam-diam pandanganmu telah melihat ke bagian tubuh yang dilarang? HAH?"
Dia Mengetahuinya?!
"Aku tidak mengintip! Kamulah yang berdiri disana sejak awal!"
"Hei, hei, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi bertengkar sekarang bukanlah waktu yang tepat." Sela Ooyama.
"Dengar tuh, Ooyama-san bahkan tidak menyadari kesempatan meskipun dia berada di tempat yang sama sepertimu."
"Apakah kau sungguh ingin membantah? Seriuslah, jangan mencoba memuji diri sendiri. Itu bukanlah kesempatan. Itu sebuah insiden yang kamu gunakan untuk menjebak ku!"
"Hmmph, Aku cuma bilang. Apakah rasa bersalah mu bekerja pada mu sekarang?"
"Apa yang kamu katakan?!"
"Hei, hei, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi bertengkar sekarang bukanlah waktu yang tepat."
Ooyama secara alami dengan pidatonya yang tidak berubah 2x telah muncul!
"Hei, kamu sebaiknya menyerah saja jika kamu berpikiran menjadi seorang pengarang."
"Apa, Kau pikir kau tidak mengulanginya secara kebetulan?"
"Nah, itu hanyalah hal yang biasa."
"Kau serius?" Tanya Yurippe dengan nada terkejut dan kelelahan.
"Apa, Apakah aku mengatakan sesuatu yang mengejutkan kalian begitu banyak?"
"Kau hanya mengulangi ucapanmu yang sebenarnya. ini yang disebut copy-paste. ini tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan sehari-hari, itu hanya mungkin, khususnya ketika terjadi gangguan."
"Oh, aku tahu. Jadi apa masalahnya?" Aku menyerah.
Aku menduga Tuan Ooyama selanjutnya tanpa sadar bertindak sebagai penengah antara Yurippe dan aku. Kita dapat memanggilnya sebagai Ooyamagic! Sekarang aku mengerti mengapa dia seorang yang bijaksana,
"Coba jelaskan, yang Yurippe maksud ketika bilang ingin menantang nya berduel klasik?" Aku bertanya setelah menenangkan diri.
"Itu adalah pertarungan dua pria dengan senjata api."
Hmm, Apakah sobat ini mencoba memberikan ku jawaban dengan copy-paste juga?
"Tapi, Yurippe seorang perempuankan?"
Kerja yang bagus, Ooyama. Jelas mengajukan pertanyaan yang jawabannya sudah jelas, yaitu dimana nilai kebohongannya.
"Itulah masalahnya, jika seorang wanita yang menantangnya, dia pasti tidak akan menolak."
"Pria itu tidak bodoh, dia pasti memiliki sesuatu di balik jubahnya."
"Kalian benar-benar idiot."
Maaf?
"Semua pria berpikiran sama. Aku akan mengalahkan dia dengan permainan ku sendiri dan tipuan jika diperlukan."
"Apakah kau punya ide?"
"Ya."
"Apa itu?"
"Biarkan Tenshi yang menjadi wasitnya."
"...HAH?!"
Sekali lagi suara ku bersama Ooyama. Sial, sepertinya aku tidak bisa menyebutnya tolol....
"Tidakkah kau berharap terlalu banyak?"
"Dengan kemampuan bicara ku, tentu saja tidak!"
Apakah itu mungkin? Yurippe menantang pria itu, dan menunjuk Tenshi sebagai wasitnya...
Pada waktu malam, aku menyelinap ke kantin sendirian dan mengambil beberapa potong roti sebanyak mungkin dan memasukkannya ke seragam ku. Setelah itu aku membawanya ke Yurippe dan Ooyama.
"Aku yakin kau pergi untuk mencari beberapa makanan yang enak!"
Setelahnya aku dapat merasakan tatapan dingin Yurippe kepada ku di tengah kegelapan.
"Tentu saja bukan! Mengenai hal itu, sepertinya..." Aku menjawab, sebelum merobek sepotong roti untuk dimakan.
"Ini terasa seperti berkemah."
Ucapan Ooyama yang terasa damai menenangkan ku, dan kami semua benar-benar rileks.
Tanpa melupakan fakta bahwa kemungkinan adanya seseorang yang menodongkan pistol ke arah kami dalam kegelapan.
Sebuah lonjakan ketakutan tiba-tiba memaksaku untuk memeriksa orang yang ada di belakangku. Kegelapan ini begitu pekat dan menyeluruh mungkin aku tidak dapat melihat gajah sama sekali jika ia berada disana.
"Santai saja, kau pengecut! Kau juga tidak bisa mati."
"Aku lebih suka tidak dikubur hidup-hidup."
"Mengapa kau berpikir kita partner, HAH? Karena kita harus saling percaya!"
"Aku inginnya sih begitu."
"AKu tidak mempercayai mu."
"Apakah kau bercanda?"
"Tidak masalah. Persahabatan kita melebihi segalanya. seperti bintang-bintang di atas langit."
"Baiklah, jika kamu ingin membuat perumpamaan seperti ini, Kita telah menjadi para bintang di atas langit."
Apa sejenis pembicaraan. Mungkin kita bertiga dapat menjadi komedian setelah bereinkarnasi . Sementara kami berdua sedang membicarakan hal omong kosong, Yurippe menatap kami dengan gerogi. Di sisi lain, Aku merasa lebih dekat dengan Ooyama sebagai teman bicara di waktu lenggang seperti sebelum kami tidur.
"Menyentuhku, akan kubunuh kalian."
"Jangan kwatir, bahkan jika kamu ingin menendangku dalam mimpimu, aku dapat menangkisnya."
Satu pukulan lurus menuju dahi ku sebelum tidur. Betapa baiknya.
~ ~ ~
Tidak lama kemudian, matahari bersinar cerah, dan pagi telah datang.
Cahaya matahari pertama bersinar melalui ranting-ranting pohon, hal itu terlihat indah, seperti gelombang yang berkilauan.
Ngomong-ngomong, kapan terakhir kali aku pergi ke pantai?
Aku berdiri dan berpindah sedikit. Sepertinya aku sudah pulih dari semua rasa sakit.
Atau, lebih tepatnya, sebagian besar aku masih bisa merasakan denyut kening ku.
"Zzzzzz..."
Yurippe benar-benar berbeda ketika dia tidur. Dia sungguh manis dan lebih anggun.
Menilai hanya dengan bagaimana dia biasanya bertindak, Kamu pasti mengira dia menggertakkan giginya dan mengorok keras saat tidur.
Tidurnya, terlihat sosok malaikat darinya yang akan secara serius menurunkan indeks mu. Indeks seperti apa maksudnya...baik, mari kita sebut saja indeks Yurippe itu. Hmmm, apakah itu hal yang baik? Ketika aku memikirkan tentang itu, aku terus menatapnya yang tertidur nyenyak.
Tidak lama kemudian, perutku mulai keroncongan.
Jika aku membangunkannya, dia akan menggunakannya sebagai alasan untuk membunuhku, sehingga akan lebih baik jika aku membiarkan tubuhnya terbangun sendiri.
Ketika Ooyama sudah terbangun juga, aku mulai menyiapkan sarapan.
Membaur dengan para siswa pergi ke sekolah, kami bertiga melakukan perjalanan kami ke kampus setelah sarapan.
"Ini dia."
"Oompf-!"
Aku menabrak Yurippe yang tiba-tiba berhenti di depan ku. Ooyama mengikuti tepat di belakang ku, dan aku menjadi seperti pengisi sandwich.
"OI, APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN?! Apakah kalian mencoba menghalangi jalan ku?!"
Aku bersumpah, kita harus serius mempertimbangkan untuk terjun ke bisnis komedian ketika kita hidup kembali.
"Mari kita pergi."
Yurippe menjadi pusat perhatian orang asing saat dia berjalan dengan jejak langkah kaki Viking. Orang-orang pasti berpikir bahwa kita berandalan. Ooyama dan aku tidak punya pilihan lain selain mengikutinya.
~ ~ ~
Duduk di dekat jendela dengan posisi seenaknya di kelas adalah seorang wanita.
"Nona Ketua Osis"
Dia menatap yang mulia Yurippe.
"Aku ingin berduel dengan pria itu. Tolong jadilah sebagai hakimnya,"
Yurippe meminta
"Hmm...? Dia meminta, menyempitkan alisnya.
Kau tidak akan bisa mengalahkannya. Itu apa yang umumnya akan orang pikirkan.
"Jika aku kalah berduel, aku akan mematuhimu."
"Dan jika kamu menang?"
"Bagaimana jika kita bersantai dengan secangkir teh di kamar mu saat kembali ke asrama?"
".........?"
Alisnya menyempit kembali.
"Maksudku adalah aku ingin duduk dan menikmati secangkir teh dengan mu di ruangan mu. Lupakan semua yang telah terjadi sejauh ini, dan hidup bersama dengan damai."
Jadi ini adalah apa yang dia sebut sebagai "kemampuan berbicara" nya ?
"Akankah duel negatif kita berdampak pada mu dengan cara apapun ?"
"Negatif."
"Kalau begitu, Kamu sebagai hakimnya ?"
"Dengan satu syarat."
"Dan apa syaratnya ?"
"Orang itu harus datang minum teh juga jika dia kalah."
"Baiklah, Sebenarnya, aku menyukai hal itu."
Yurippe tersenyum.
Nyatanya, Tenshi ditipu oleh kata-kata manisnya yurippe itu.
Setelah itu kami bergegas ke dalam ruangan club kaligrafi menyiapkan kuas, tinta, dan kertas.
Yurippe mulai menulis.
Tangan Yurippe menulisnya dengan elegan.
"Apa yang kau tulis ?"
Dia menulis sangat cepat, dan Oyama dan aku sangat penasaran. Selai kata-kata "Lapangan Olahraga" dan "16:00", Kita tidak melihat kata-kata yang lainnya lagi. Jika kita tanya juga pasti akan dimarahi. Aku menunggu hingga kertasnya kering sebelum melipatnya dengan hati-hati.
"Kalau begitu, satu-satunya masalah yang tersisa adalah berpikir bagaimana cara menghadapinya."
"Aku telah jauh di depanmu."
Dia menarik kami bersama ke daerah club pelatihan memanah.
Yurippe kemudian "meminjam" busur, dan mengikatkan surat tantangan kedalam panahan.
"Whoaa, Cara klasik.."
"Sebenarnya, kita tidak bisa menyampaikan langsung dihadapan mukanya. Jadi kami hanya harus membuat hubungan dengan hal itu."
"Apakah kau tahu cara menggunakan busur awalnya ?"
"Aku akan menggunakan otakku untuk mengontrolnya."
"Baguss."
"Hah?Benarkah? Bukankah itu terdengar seperti dibuat-buat?"
Kau tahu Ooyama, saat kita bertiga dihidupkan kembali. kaulah yang mempunyai tanggung jawab atas bagian interupsi komedinya. Thanks.
Pria itu masih duduk di tempat terakhir kita melihatnya.
"Dia sudah pulih belum?"
"Seharusnya dia sudah pulih sekarang. Aku pikir dia suka duduk disana."
Bahkan orang seperti ku yang dijatuhkan dari lantai tertinggi sekolah dapat bergerak dihari berikutnya juga.
"Kalau begitu kita targetkan pada pohon tempatnya bersandar."
Yurippe mengangkat busur dan menarik tali busurnya secara perlahan.
Baiklah akan kulakukan! Terlihat dari sikapnya, dia tidak berbeda dari pemanah profesional.
Perlahan...Lahan...
Tali busur ditariknya hingga bagian maksimal, dan dia lepaskan.
Panah terbang luruh ke arahnya dengan kecepatan cahaya.
BUKK..!
Tepat diantara kedua alis pria itu.
"Oi, Kau baru saja mengubah pesan tantangan menjadi pesan bunuh diri pada anak panah!"
"Bagaimana bisa ini dianggap sebagai tantangan satu lawan satu? Ini lebih pantas sebagai upaya pembunuhan!"
"Misi berhasil. Bagaimanapun dia akan pulih kembali pada pagi hari. Mari kita pergi!" kata Yurippe, seakan tidak peduli terhadap komentar kami.
Baru saja, persiapan selesai dilakukan.
Angin berubah menjadi dingin.
~ ~ ~
Saat matahari mulai terbenam, bayangan Yurippe memanjang ke sudut lapangan olahraga seperti dia berdiri di tengah.
Ngomong-ngomong, Musim apa yang sekarang kita lalui? Apakah empat siklus musim masih berlanjut setelah kita mati? Dari yang tubuh ku rasakan, ini tidak seperti musim semi maupun awal musim gugur. Lingkungannya terlihat seperti musim panas dengan hawa yang dingin. Apakah cuaca nya yang aneh.
Berdiri beberapa langkah dari Yurippe adalah Tenshi.
Dia memiliki rambut bergelombang yang menari-nari seperti ketika angin bertiup, dan dia tampak cantik.
itu terlihat seperti mereka keluar dari tempatnya.
Ooyama dan aku berdiri dengan punggung kami bersandar pada dinding gedung sekolah, mengamati seperti menunggu pertunjukan yang akan dimulai.
"Mereka tidak akan saling menyerang satu sama lainnya benarkan?"
"Area ini juga terlalu besar untuk melakukannya dengan senjata api."
"Ah, jadi itu sebabnya dia memilih tempat ini untuk berduel."
"Sekedar informasi untukmu, yang baru dikatakannya terlalu banyak basa-basi dari sudut pandang pengarang. Jangan lakukan itu lagi dan ingat itu!"
"Ini tidak seperti aku akan mati menjadi penulis atau apapun itu.."
Yurippe terlihat seperti dia sedang berbicara dengan Tenshi. Dia tiba-tiba tersenyum, Tapi apa mungkin menjadi percakapan yang lucu jika hanya Yurippe yang tersenyum?
Tiba-tiba ada suara keras dari sisinya.
Pria itu memegang Ooyama sebagai sandera dengan menodongkan senjata pada pelipisnya.
Aku pikir kami tidak memiliki titik penglihatan buta karena punggung kami bersandar pada dinding...
Apakah dia melompat dari atas?
Aku berkeinginan melihat ke atas dan melihat apa yang terjadi, tapi sekarang bukanlah saatnya untuk bergerak.
"Mengapa Tenshi ada disini juga?" Orang itu bertanya.
"Dia adalah notaris untuk berduel, Dia disini untuk menghakimi siapakah yang menjadi pemenangnya."
"Kau pikir aku akan percaya dengan omong kosong mu?"
"Hey, jangan melihat kepadaku. Aku tidak tau dia akan setuju pada awalnya, bukan."
Sepertinya Yurippe dan Tenshi belum menyadari apa yang sedang terjadi.
Hmm, atau mungkin Yurippe sudah memperkirakan ini akan terjadi, jadi dia mengalihkan perhatian Tenshi.
Lalu apa yang harus aku lakukan?
Berpikirlah, sial....
"Ini tidaklah bagus jika kamu terlihat sekarang, bukan?"
".....?"
"Kau memegangnya sebagai sandera. itu jelas mengotori keadilan berduel. Jika Tenshi melihat ini sebagai hakim, Apa menurutmu yang akan terjadi?"
"Tutup mulutmu....,Apa kau mencoba mengancamku?" Orang itu mengarahkan pistolnya kepada ku.
"Tembaklah aku kemudian. Suara tembakan akan membongkar dirimu juga."
Pria itu berhenti bergerak. Aku segera mencoba menahan napas, mencoba berfikir mencari cara untuk memberitahukan Yurippe apa yang terjadi.
Saat itu juga, Tiba-tiba tubuh Ooyama didorong ke arah ku
"Argh...."
Aku bergerak menghentikan tubuh Ooyama yang jatuh.
"Terima Kasih banyak, Hinata-Kun.."
"Baiklah lihat apa yang akan dilakukannya." Pria itu bergumam pada dirinya sendiri, sambil berjalan menuju Yurippe dengan pistol ditangannya.
Masih dengan tanganku memegang Ooyama, Aku menatapnya berjalan pergi.
Sekarang apa, Yurippe....? Aku yakin kau sudah merencanakan reaksi ku kedalam strategimu.
Yurippe dan Tenshi merubah pandangan mereka ke sekitar karena mereka melihat orang itu berjalan mendekat.
Yurippe kemudian menatapku dan berbisik sesuatu.
Apakah kau terluka?...dia bertanya
Tidak, jawab ku, dan memberinya ancungan jempol.
....Serahkan semuanya padaku.
Akhirnya, itulah mengapa aku percaya apa yang dikatakannya. Tapi jarak kami begitu jauh, itu tidaklah mungkin bagiku mendengar apa yang dia katakan juga.
Apakah kau serius dengan meminta Tenshi membantu mu untuk ini..?
"Satu.."
Tenshi mulai menghitung. Cukup keras terdengar bagiku.
Keduanya membuat jarak antara satu dengan yang lain.
"Dua"
Langkah kedua
"Tiga.."
Yurippe dengan pria itu bergerak saling menjauh dengan setiap langkah.
"Empat...Lima...Enam..."
Masih menghitung mundur....
"Sepuluh.."
Pada langkah terakhir, Yurippe berputar dan merarik pelatuknya.
Pasir dan debu memenuhi udara.
Pria itu masih sangat tenang, ia bahkan tidak bergeming atau bergerak sama sekali.
Dengan dinginnya dia berbalik dan mengarahkan senjatanya pada Yurippe.
Kita mengenainya?!
....Tidak bagus!
BAM!
Pria itu ditembak.
Apa yang segera terjadi setelahnya luar biasa.
KLANG!
Benda tajam, suara logam yang menusuk telinga ku di saat yang sama.
Tenshi membelokan peluru dengan Hand Sonic.
BAM!
Dari belakang Yurippe membalas,
Ini baru saja....
Kombinasi yang sempurna.
Pria itu akhirnya terjatuh kebawah.
Kami menang....
Tak perlu dijelaskan lagi, ada pertanyaan tersisa yang harus dijawab.
Mengapa Tenshi membantu Yurippe?
"KAMI MENANG!" Teriak Ooyama gembira, berlari kearahnya.
Aku mengikutinya
Tenshi dan Yurippe sedang berdebat.
"Jelas, akulah yang menang."
"Seakan-akan, aku menang"
"Kau kalah. Aku menyelamatkanmu pada menit terakhir."
"Pikir kembali. Apakah dasarmu mengatakan aku yang kalah? atau menanyakan pada penonton, Jika dari mereka ada yang mengatakan aku kalah, maka aku kalah. Tentukan pilihanmu."
"Tapi mereka..."
"Ya! Yurippe Menang! Hidup Yurippe!"
"Horeeee..."
Dengan mereka semua berteriak kemengan itu, itu seperti mereka berdua berusaha menahan Tenshi untuk mengatakan apapun. Ooyama hanya orang tolol seperti biasanya, bagaimanapun, Yurippe dengan jelas mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut.
Dia kemudian memberiku sekilas dengan berkata:"Datanglah dan bergabung bersama".
"Tapi..."
"HEH, Kami menang!!!"
"YAHOO!"
"Wanita Super, Yurippe"
Kami mengitari Tenshi dan menari dan bersorak pergi. Hal itu berlangsung hingga Tenshi mengaku kalah.
~~~
"Silahkan diminum" Tenshi meletakkan cangkir kecil.
"Tempat ini terasa sempit" Gerutu Yurippe
"Kau tidak layak mengeluh."
"Ohh~~Sungguh~~"
Hatiku hancur ketika melihat Yurippe cemberut. Apanya yang imut! Indeks Yurippe telah turun sekali lagi.
"Memang kau mengharapkan seperti apa ruangan ini?"
"Entahlah, mungkin tempat tidur yang lebih besar dengan seprai yang lebih bagus?"
"Kau tidak akan menemukannya di asrama ini."
Ruangan Tenshi hampir sama dengan yang ada di asrama laki-laki. tidak banyak yang berbeda benda nya juga. Satu-satunya yang dapat aku lihat adalah pakaian dan buku yang tersusun dengan rapih.
Seperti yang aku kira pada awalnya ruangan Tenshi yang lebih besar, dan ini sedikit mengecewakan buat ku.
"Hmm, Apa ini~?~Ah, ~Piaya~Imutttnya~."
Yurippe sedang mencari sesuatu seolah-olah itu kamarnya sendiri
"Mmmm, Bahkan harumnya yang wangi."
Semuanya bagus. Jangan mencoba dan memintaku untuk memberikan pendapat. Aku tidak ingin mencium bau itu.
"Berikan perintah, dan akan ku buat Tenshi mengatakan yang sebenarnya."
Orang itu berdiri dekat dengan Ooyama
Dia menggunakan tangannya dengan meniru bentuk pistol, dan mengarahkannya ke Tenshi.
Kedua senjatanya telah disita oleh Tenshi, Tapi Yurippe tidak cukup baik menggunakannya untuk menguburnya hidup-hidup.
"Aku tidak akan memberikan sebuah perintah bodoh. Dapatkah kau mencium pakaian lainnya dan apakah mereka memiliki bau yang sama?Lipat dan kembalikan ke asalnya dengan rapih setelah itu."
Yurippe kemudian melemparkan pakaian di wajah orang itu.
"AH!"
Ooyama ketakutan, tapi orang itu mulai tersenyum dan segera tertawa.
"Hmm! Aku ingin tau apakah Tenhsi memiliki bau badan yang mengandung racun dari jamur?"
Itu membuat takut Ooyama juga
"Gadis yang menarik, Siapa namamu?"
"Aku Yuri, tapi orang-orang dapat memanggilku dengan Yurippe jika mau. Bagaimana dengan mu?"
"Panggil saja aku Chaa."
"Chaa?Apaan Tuh?"
"Itu namaku, duh"
"Baiklah, selanjutnya aku akan memanggilmu Chaa. Jadi kau sudah mencium baunya?"
Cha tertawa histeris. Dia kemudian menurunkan kepalanya ke dalam piama dan mengendusnya dengan kuat.
"Apa yang dia tertawakan?"
"Hanya Tuhan yang tahu."
"Kau seperti istri ku."
"HUH----!?"
Ooyama dan aku berteriak bersamaan sekali lagi.
"Hei, bukankah kau masih siswa SMU bukan?Kau sudah menikah?"
"Yaa, bagaimanapun, kami memutuskan memulai perjalanan mecari sebuah utopia yang hanya dimiliki kami berdua. Sebuah utopia yang tidak ada di kehidupan nyata...Sebuah dunia yang jauh..."
Aku tidak bisa membayangkan apa yang ia katakan setelahnya, sebagai gantinya hanya terdiam bergumam.
"Mengapa kalian berdua mencari Utopia tersebut?"
Pertanyaan Yurippe yang tajam dan langsung pada intinya seperti biasa. Haloo, perhatikan sekelilingmu!
"Itu karena keluarganya ingin kita berpisah."
"Tapi, bukankah kalian berdua saling mencintai bukan?"
"Benar. kami meninggalkan teman-teman dan keluarga, berharap dapat bersama selamanya setelah itu. Namun...Pada akhirnya kami masih berpisah...dan seperti halnya aku sendirian....Mengapa?...Aku sudah memikirkannya selama ini...Namun aku tidak dapat mengerti alasan dibelakangnya...hanya..kenapa...?"
"Ada hal-hal yang dapat dilakukan di dunia ini. dan kau tidak sendirian sekarang, kau punya aku sebagai pemimpin mu."
"Dan kita sebagai kawan.."
"Jika kalian minum bir bersama, ajaklah aku."
Bagaimana mungkin ada hal semacam itu disini? sama seperti halnya aku ingin mengatakan itu, Yurippe hanya membalas:
"Ada alkohol di Laboratorium Sains."
"Haha....Ahahahaha...Haha.."
Sepertinya dia memiliki bakat komedian sekali lagi.
"Sama saja..."
Dan sekali lagi dia bergumam sekarang.
"Sederhana...tidak terlalu penting. suatu hal yang aku perlukan telah kumiliki....sekarang..."
Di tengah-tengah kalimat, ia mulai menangis. Berkat piyama Tenshi, seluruh wajahnya tertutupi.
Apakah dia menangis?
"Tehnya dingin, mari hangatkan dengan itu."
Tampaknya Tenshi melihat perubahan udara. Dia dengan cepat mengganti keluar dari ruangan dengan secangkir teh.
Yurippe bagaimanapun meneruskan pencariannya di lemari Tenshi. Aku perhatikan dia memiliki gambaran yang cukup seksi.
"Ada apa? Apa yang kau temukan?"
"Mengapa ada hal semacam ini...?"
Yurippe perlahan-lahan mengangkatnya untuk menunjukkannya kepada kami.
Akhrinya Selesai juga Chapter 4. Tunggu kelanjutan terjemahan Light Novel Angel Beats chapter berikutnya hanya di cobacarisini.blogspot.com. THANKS ATAS KUNJUNGANNYA...
0 komentar:
Posting Komentar